Jumat, 06 Maret 2015

sejarah kota jogja

  Keberadaan Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda, merupakan adik dari Sunan Paku Buwana II. Setelah melalui perjuangan yang panjang, pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian Giyanti atau sering disebut dengan Palihan Nagari . Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku Buwana mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik kraton.

      Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya bernama Garjitawati.

      Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan waktu satu tahun. Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya saling melilit dan diukirkan di atas banon/renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlathi. Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan pendukung untuk mewadahi aktivitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004

oleh-oleh khas jogja

1. Bakpia Pathok

Image result for makanan khas jogja

Bakpia ini berasal dari daerah Pathuk, Jogja. Bentuknya bulat kecil-kecil dengan bermacam-macam rasa. Pada awalnya, bakpia pathok  berisi dan memiliki rasa kacang hijau. Namun, saat ini Anda dapat menemukan olahan makanan oleh-oleh khas Jogja ini dalam berbagai warna bakpia dan aneka rasa yang lezat.

2. Yangko

Image result for yangko

Oleh-oleh khas Jogja yang satu ini terbuat dari tepung ketan. Bentuknya persegi empat mungil. Makanan khas Kotagede di Jogja ini dapat Anda temukan dengan mudah, sebab hampir semua pusat oleh-oleh di Jogja menyediakan oleh-oleh Yangko ini. Kue Yangko dibuat dari tepung ketan sebagai bahan utamanya. Saat dimakan, akan terasa lembut, sedikit kenyal di lidah, dan memiliki rasa yang manis.

3. Geplak

Image result for geplak

Geplak adalah makanan yang dibuat dari kelapa, gula, dan tepung beras atau tepung ketan. Makanan ringan ini adalah makanan khas Bantul, sebuah kabupaten di Jogja yang dijuluki pula sebagai Kota Geplak. Karakteristik makanan khas Jogja adalah memiliki rasa yang manis, demikian pula dengan Geplak. Cara terbaik menyantap Geplak adalah saat masih hangat.

4. Kain Batik

Image result for kain batik

Salah satu tempat mencari batik Jogja adalah di Pasar Beringharjo. Koleksi kain batik di pasar ini yang sangat lengkap, mulai dari kain untuk rok batik hingga kaos barongada. Pasar yang tak pernah sepi ini dihuni sekitar 7 ribu pedagang batik. Posisi pasar yang terletak di ujung selatan Jalan Malioboro membuat Pasar Beringharjo menjadi tempat favorit untuk mendapatkan oleh-oleh khas Yogyakarta. Sejatinya tidak hanya batik, di pasar ini juga terdapat berbagai barang-barang menarik dan unik yang dapat Anda beli. Anda hanya perlu mengitarinya saja.

5. Kaos Dagadu

Dagadu merupakan brand kaos yang telah menjadi bagian identitas wisata Jogja. Saat ini, Anda dapat menjumpai kaos Dagadu di banyak tempat, baik itu di pasar dan emperan jalan.
Tetapi, gerai utama Dagadu dapat Anda temukan di Unit Gawat Dagadu (UGD) yang berlokasi di Jalan Pakuningratan (deket Tugu). Di sinilah tempat berbagai kaos dagadu dalam varian kreatif diciptakan dan menjadi bagian oleh-oleh khas Jogja yang menarik hati.

6. Cokelat Monggo

 

Ini adalah cokelat dari Jogja, diracik oleh seorang pria dari Belgia bernama Thiery Detournay. Coklat ini memiliki cita rasa yang tinggi dan unik, seperti laiknya cokelat khas Belgia. Cokelat Monggo tersedia dalam berbagai rasa yang lezat, mulai dari Dark, Praline, hingga Red Chili, dan Orange Pee. Seluruh varian produk Coklat Monggo ini dibuat dengan bahan baku biji coklat asli Indonesia.




Tempat Wisata di Jogja



Berikut ini adalah sejumlah tempat wisata di Jogja yang paling terkenal dan merupakan destinasi wisata Jogja yang menarik untuk dikunjungi.
1. Candi Prambanan


Inilah candi Hindu terbesar di kawasan Asia Tenggara, berketinggian 47 meter dan telah dinyatakan sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia pada tahun 1991 oleh UNESCO. Inilah pula candi Hindu paling megah yang ada di Indonesia. Candi Prambanan ini terletak di perbatasan antara 2 provinsi, yakni Jogjakarta dan Jawa Tengah. Objek wisata Jogja ini memiliki panorama nan memikat, sungguh eksotik di kala senja tatkala cahaya matahari menyinari bangunan candi dengan gradasinya yang mempesona. Dari dekat, Anda dapat menyaksikan pemandangan arsitektur dan desain candi yang begitu indah.
Candi Prambanan adalah sebuah tempat wisata di Jogja dengan riwayat yang tua. Letak posisi candi Jogja yang satu ini dengan Candi Borobudur tidaklah berjauhan, hal ini memberikan pesan kuat bahwa sejak dahulu kala telah terjadi keharmonisan antar pemeluk agama Buddha dan Hindu di tanah Jawa.
Sejarah Candi Prambanan dimulai pada tahun 850 Masehi, pertama kali dibangun oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Syailendra yang berkuasa pada ketika itu. Berdasarkan Prasasti Shivagrha yang berangka tahun 856 Masehi, candi di Jogja yang satu ini dibangun untuk menghormati Dewa Siwa. Masih berdasarkan prasasti, Candi Prambanan pada awalnya dinamakan Shiva-grha, yang artinya Rumah Siwa, dan selanjutnya disebut pula sebagai Shiva-laya, yang berarti Kerajaan Siwa.
Di kawasan wisata candi Jogja ini, terdapat kompleks besar bangunan candi yang menunjukkan bahwa Candi Prambanan adalah pusat kegiatan pemujaan dan acara keagamaan. Penemuan reruntuhan Candi Boko yang terletak hanya 5 km arah selatan dari lokasi Candi Prambanan menegaskan bahwa kawasan sekitar candi adalah pusat pemerintahan kerajaan Mataram Hindu dari Dinasti Sanjaya. Perlu diketahui, Candi Boko adalah bekas kompleks istana Kerajaan Mataram Hindu pada masa itu menurut bukti-bukti sejarah dan merupakan pusat pemerintahan.
Rasa hormat yang besar dari masyarakat lokal terhadap candi ini memunculkan legenda Roro Jonggrang yang terkenal itu.

2. Pantai Parangtritis

 

Berjarak sekitar 28 km dari pusat kota Jogja, Pantai Parangtritis adalah pantai di Jogja dengan deburan ombak yang cukup besar, memiliki tebing batu yang menjulang tinggi dan berhampar pasir vulkanis hitam yang kemilau tatkala diterpa sinar matahari.
Menurut kisah dan keyakinan masyarakat lokal, pantai Jogja yang satu ini adalah juga tempat yang anggap suci atau keramat. Berdasarkan legenda, pantai ini adalah kediaman Kanjeng Ratu Kidul, penguasa Pantai Selatan yang terkenal dengan pakaiannya yang berwarna hijau. Oleh sebab itu, pengunjung pantai dilarang menggunakan pakaian warna hijau ketika berada di kawasan pantai Parangtritis ini.

Gemuruh ombak dan udara pantai yang sejuk adalah daya pikat yang ada di tempat wisata Jogja yang satu ini. Beberapa bukit hijau nan subur adalah suguhan panorma yang menambah daya pikat pantai Parangtritis. Jika suka, Anda dapat pergi ke Parangwedang, sebuah tempat sumber air panas di Jogja dan Anda dapat merendam tubuh untuk mendapatkan kesegaran. Selain itu, bersantai di gubug yang berjejer di pinggir pantai adalah pengalaman menarik tatkala menikmati wisata pantai di Jogja yang satu ini.
 
3. Malioboro

 

Inilah jalan di Jogja yang menjadi salah satu pilihan favorit para penikmat perjalanan untuk menghabiskan waktu di Jogja. Di sepanjang jalan Malioboro, Anda dapat berbelanja ria dan mendapatkan salah satu barang unik khas Jogja. Jika suka, Anda bahkan dapat menyusuri toko-toko yang ada di pasar Beringharjo saat siang hari. Kawasan Malioboro ini adalah salah satu tujuan wisata belanja Jogjakarta yang terkenal.
Di Malioboro, Anda bahkan dapat menikmati sajian kuliner atau menyantap hidangan di lesehan. Di malam hari, kuliner angkringan Jogja dapat Anda nikmati di kawasan ini. Malioboro adalah destinasi favorit di Jogja, yang bahkan hanya dengan duduk bersantai di depan Monumen Serangan 11 Maret, Anda dapat menikmati suasana Malioboro yang memikat.